Selasa, 08 Oktober 2019

Jurnal Praktikum Sterilisasi dan Pembuatan Media

MIKROBIOLOGI
STERILISASI DAN PEMBUATAN MEDIA



 

DISUSUN OLEH:
Defi Kurniasari (1351810005)
Chika Rizky Iswana (1351810014)
Vevi Aprilia Tus (1351810016)
Aprilia Purnama Sari (1351810021)
Siti Nur Qomariyah (1351810033)
Afifa Dwi Marita (1351810043)
Devi Oktaviana (1351810052)


AKADEMI FARMASI SURABAYA
TAHUN AJARAN 2019-2020


BAB 1
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Peralatan dan bahan yang dipergunakan dalam bidang mikrobiologi harus dalam keadaan steril. Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang mengganggu atau merusak media atau mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan (Waluyo, 2010).
Secara umum sterilisasi merupakan proses pemusnahan kehidupan khususnya mikroba dalam suatu wadah ataupun peralatan laboratorium. Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses atau kegiatan untuk membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan (termasuk virus). Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas, penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Apabila panas digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi basah, bila tanpa kelembapan maka disebut sterilisasi kering (Dwidjoseputro, 1994).
Untuk menelaah bakteri di laboratorium kita harus dapat menumbuhkan mereka dalam biakan murni. Untuk melakukan hal ini haruslah dimengerti jenis-jenis nutrient yang diisyaratkan oleh bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya (Waluyo, 2010).
Agar suatu organisme tumbuh, dibutuhkan berbagai unsur kimia sebagai nutrisi. Elemen tersebut diperlukan baik untuk sintetis maupun fungsi normal komponen seluler. Salah satu hal yang harus dilakukan adalah memberikan unsur kimia penting yang tepat. Unsur utama yang diperlukan untuk pertumbuhan sel meliputi, karbon, nitrogen, oksigen, belerang dan fosfor (Pelczar, 1993).
Bakteri yang ditumbuhkan di laboratorium dalam sebuah larutan yang terdiri atas air, nutrient dan sumber-sumber energy desebut sebagai suatu biakan atau kultur bakteri. Bakteri juga bisa ditumbuhkan dalam suatu kaldu (broth) atau medium kultur cari atau pada medium yang dipadatkan dengan penambahan agar (Susan Erlod, 2007).
Penyelidikan spesies mikroba selalu didasarkan atas sifat biakan murni spesies tersebut. Biakan murni (pure culture) dibiakkan pada media yang mendukung pertumbuhannya dan dilakukan dalam keadaan steril (Waluyo, 2010).
Proses sterilisasi yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi untuk mencapai kondisi yang steril baik pada alat, media, maupun tempat bekerja. Proses sterilisasi merupakan proses penting dalam analisis mikrobiologi, di mana pada proses sterilisasi merupakan tahap menghilangkan mikroorganisme pencemar yang dapat mempengaruhi proses analisis mikrobiologi (Tri Puji Lestari, 2018).


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa fungsi utama dari sterilisasi ?
2.      Apa saja peralatan laboratorium yang disterilisasi menggunakan autoklaf dan oven?
3.      Apa yang dimaksud dengan media ?
4.      Apakah edia juga perlu di sterilisasi ?
5.      Kenapa media di sterilkan menggunakan autoklaf ?

C.     Tujuan
1.      Mengetahui prinsip kerja sterilisasi alat dan media di laboratorium mikrobiologi
2.      Mengetahui cara pembuatan media pertumbuhan mikroorganisme
3.      Mengetahui prinsip kerja aseptic
4.      Mengetahui metode-metode isolasi bakteri

D.    Manfaat
1.      Mampu melakukan preparasi pembuatan media dan tahap-tahap sterilisasi alat dan media uji
2.      Mampu mengetahui cara pembuatan media pertumbuhan mikroorganisme
3.      Mampu melakukan kerja aseptic
4.      Mampu mengisolasi bakteri



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Sterilisasi
Peralatan dan bahan yang dipergunakan dalam bidang mikrobiologi harus dalam keadaan steril. Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang mengganggu atau merusak media atau mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan. Setiap proses baik fisika, kimia, dan mekanik yang membunuh semua bentuh hidup terutama mikroorganisme disebut dengan sterilisasi (Waluyo, 2010).
Sterilisasi merupakan suatu proses dengan metode tertentu yang dapat memberikan hasil akhir, yaitu bentuk keadaan yang tidak dapat ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme hidup. Metode sterilisasi cukup banyak, namun alternative yang dipilih sangat bergantung pada keadaan serta kebutuhan setempat. Apapun pilihan metodenya, hendaknya tetap menjaga kualitas hasil sterilisasi (Raudah, 2017).
Pemilihan cara sterilisasi didasarkan pada sifat bahan yang akan disterilkan. Cara sterilisasi yang umum digunakan secara rutin di laboratorium Mikrobiologi ialah dengan pemanasan. Bila panas lembab, bila tanpa kelembapan disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering (Ammi, dkk., 2013).
Sterilisasi dengan panas merupakan metode yang relative efisien, dapat dipercaya, dan relative tidak mahal. Mikroorganisme dapat tumbuh pada berbagai temperature, tetapi pertumuhannya dapat dihambat atau dihentikan bila suhu tumbuhnya diubah. Bila suhu tumbuhnya maksimum dinaikkan. Maka akan terjadi perubahan molekul organiknya sehingga mikroba tersebut akan mati (Waluyo, 2010).
Teknik pembakaran langsung merupakan teknik sterilisasi panas kering yang tercepat dan 100% efektif. Caranya adalah dengan membakar peralatan sampai pijar. Proses ini di laboratorium untuk mensterilkan alat penanam bakteri (ose), mulut tabung reaksi sewaktu membuat kultur, dan lain-lain. Prosedur ini sangat efektif membunuh bentuk spora maupun toksin yang dihasilkan olah bakteri. Peralatan laboratorium yang dapat disterilkan dengan cara pembakaran langsung hanya alat-alat yang terbuat dari logam dan kaca. Teknik ini tidak dapat digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang terbuat dari karet, plastic, kertas, dan media mikrobiologis (Waluyo, 2010).
Sterilisasi panas kering dapat dilakukan di oven dengan udara panas. Bahan yang disterilisasi di dalam oven ditempatkan rapi tanpa berkurumunan dan suhu dinaikkan sampai 170oC -180oC. Suhu tersebut dipertahankan dalam jangka waktu kurang dari 2 jam (Burrows, 1959).
Sterilisasi panas basah menggunakan autoklaf merupakan metode sterilisasi paling efisiean, dimana alat-alat yang disterilisasi terseut terkena uap air dengan suhu di atas 100oC yang dihasilkan saatu uap berada di bawah tekanan. Uap dihasilkan langsung di peralaan atau dipasok melalui sambungan ke saluran uap bertekanan tinggi (Burrows, 1959).
Teknik sterilisasi pendidihan dengan air akan dapat membunuh mikroorganisme dengan cara mengkoagulasikan dan mendenaturasikan protein sel mikroba. Proses koagulasi dan denaturasi protein memerlukan energy yang lebih sedikit daripada proses okdsidasi. Oleh karena itu, teknik ini memerlukan suhu lebih rendah (Waluyo,2010).
Dari semua metode sterilisasi, sterilisasi panas basah yang berupa uap jenuh di bawah tekanan adalah sterilisasi yang paling banyak digunakan dan paling bias diandalkan. Sterilisasi dengan panas basah tiak beracun, tidak mahal, dan cepat membunuh mikroba. Prinsip dasar dari sterilisasi panas basah, sperrti yang dilakukan di dalam autoklaf, adalah mengekspos setiap alat dan bahan kontak dengan uap langsung pada suhu dan tekanan yang ditentukan (Rutala dan David, 2008).
Beberapa zat tertentu mempunyai ciri-ciri yang membuat tidak praktis untuk disterilkan dengan autoklaf. Bahan-bahan yang tidak bercampur dengan air, misalnya minyak dan lemak tidak tembus oleh uap air sehingga mikroorganisme yang terkandung di dalamnya akan tetap bertahan hidup. Selanjutknya bahan menjadi berubah atau rusak bila terkena suhu yang tinggi. Oleh karena itu, bahan-bahan tersebut perlu disterilkan dengan cara-cara sterilisasi yang lain (Waluyo,2010).
B.     Pembuatan media
Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi (zat makanan) yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba termaksud bakteri pathogen. Selain untuk menumbuhkan mikroba medium dapat digunakan pula untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikrobia (Khaeruni dan Satrah, 2017). Dalam proses pembuatan medium harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media (Yusdiani, dkk., 2016).
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan atau nutrisi yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi di dalam media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media, pertumbuhan dapat dilakukan dengan isolasi mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. Bahan dasar adalah air (H2O) sebagai pelarut dari agar-agar (rumput laut) dimana agar-agar tersebut berfungsi sebagai pemadat media (Suhardi,2013).
Media biakan yang mampu mendukung optimalisasi pertumbuhan miroorganisme harus dapat memenuhi persyaratan nutrisi bagi mikroorganisme. Unsur tersebut berupa garam organic, sumber energy (karbon), vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Selain itu dapat pula ditambahkan komponan lain seperti senyawa organic dan senyawa kompleks lainnya (Suardana dkk, 2014).
Saat ini media agar (Nutrient agar) merupakan media yang sangat umum digunakan dalam penelitian mikrobiologi. Media agar ini memungkinkan untuk dilakukannya isolasi bakteri dari suatu sampel, karakterisasi morfologi, sampai penghitungaan bakteri yang dikenal dengan nama total plate count. Bentuk koloni bakteri dan warna-warninya mudah sekali dikenali dengan media ini dengan cara mengubah komposisi nutrien atau menambahkan indikator. Komposisi media bakteri dapat dimodifikasi sehingga dapat digolongkan menjadi media umum, media selektif (bakteri tertentu saja yang dapat tumbuh) dan media diferensial (bakteri tumbuh dengan memberikan ciri-ciri tertentu) (Achmad, 2007).
Medium harus mengandung nutrien yang merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air. Nutrien ini adalah degradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks. Nutrien dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh (Label, 2008)
NA (Nutrien Agar) adalah medium yang digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri. Nutrient agar adalah medium yang diklasifikasikan sebagai medium sintetik terstruktur karena tersusun oleh komponen yang pasti jenis dan kuantitasnya. NA di buat dengan komposisi agar–agar yang sudah dipadatkan sehingga NA juga bisa disebut sebagai nutrisi padat yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri. Fungsi agar–agar hanya sebagai pengental namun bukan zat makanan pada bakteri, agar dapat mudah menjadi padat pada suhu tertentu. Medium Nutrient Agar adalah salah satu medium padat yang memiliki komposisi yaitu agar–agar yang telah di panaskan dan mencair dengan suhu 950C (Sandra, 2013).
Nutrient broth (NB) adalah medium yang berbentuk cair dengan bahan dasar adalah ekstrak beef dan peptone. Perbedaan konsentris antara nutrient agar dan nutrient broth yaitu nutrient agar berbentuk padat dan nutrient broth berbentuk cair. Susunan kimia sama-sama sintetik.


BAB III
METODELOGI

A.    Tempat dan waktu
Praktikum Mikrobilogi ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 03 Oktober 2019, pada pukul 08.00 WIB hingga selesai. Praktikum ini bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Akademi Farmasi Surabaya.
B.     Alat dan bahan
Alat :
1.      Erlenmeyer
2.      Bunsen
3.      Batang pengaduk
4.      Cawan petri
5.      Tabung reaksi
6.      Rak tabung reaksi
7.      Autoklaf
8.      Oven
9.      Pipet ukur
10.  Botol semprot alcohol

Bahan :
1.      Aquades
2.      NA (Nutrient Agar)
3.      NB (Nutrient broth)
4.      Kapas
5.      Alumunium foil
6.      Plastic wrap
7.      Tissue
8.      Kertas label
9.      Kertas perkamen
10.  Alcohol 70%
11.  Spritus

C.     Prosedur pembuatan
1.      Steriliasai alat


2. Pembuatan Media NA (Nutrient Agar)


3.      Pembuatan media NB (Nutrient Broth)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

          Proses sterilisasi merupakan proses yang penting di laboratorium mikrobiologi. Sterilisasi dilakukan di laboratorium mikrobiologi melalui dua tahap, yakni sebelum analisa dan sesudah analisa. Sterilisasi sebelum analisa merupakan proses sterilisasi yang dilakukan untuk menjamin bahwa alat-alat laboratorium dan media isolasi yang akan digunakan telah steril dan tidak mengandung mikroorganisme. Sedangkan sterilisasi setelah analisis merupakan proses sterilisasi digunakan untuk menjamin bahwa mikroorganisme yang tumbuh sudah matidan memastikan mereka tidak menjadi sumber kontaminasi bagi analis dan lingkungannya.
1.      Sterilisasi sebelum analisis merupakan sterilisasi yang dilakukan secara fisik sebagai berikut:
a.       Sterilisasi dengan uap yang bertekanan. Alat yang digunakan adalah autoklaf, pada alat ini terdapat katup pengaman untuk mengatur suhu dan tekanan. Suhu sterilisasi dengan autoklaf adalah 121OC selama 15menit.
Alat yang disterilkan dengan autoklaf adalah alat-alat yang mempunyai akurasi skala yang tinggi misalnya pipet ukur, gelas ukur, dan media yang digunakan di laboratorium mikrobiologi.
Preparasi :
·   Bungkus dengan rapid an tertutup rapat alat atau media yang akan disterilkan dengan menggunakan bahan yang mudah ditembus oleh uap air, misalnya kertas perkamen atau kertas Koran untuk meminimalisasi kontaminasi setelah proses sterilisasi. Pembungkusan ini bisa dalam bentuk kantong atau dilipat atau sesuai dengan ukuran alat.
·      Peralatan yang mempunyai lubang mulut maka mulut lubangnya disumbat dengan kapas yang dibasahi dengan alcohol dan tutup mulut lubang terebut dengan kertas perkamen dan ikat perkamen hingga leher alat
·      Isi autoklaf dengan air sampai batas tertentu kemudian masukkan alat/media ke jarangan (bagian dalam dari autoklaf).
·         Tutup autoklaf dan kunci secara menyilang, kemudian nyalakan saklar dan autoklaf.
·    Tunggu sampai air dalam autoklaf mendidih yang ditandai dengan katup pengaman terbuka otomatis sehingga mengeluarkan suara yang melengking dan dari katup pengaman keluar uap air yang menandakan suhu dan tekanan dalam autoklaf telah naik.
·   Suhu akan naik sampai 121OC dan tunggu selama 15menit yang merupakan sedang berlangsungkan proses sterilisasi, lalu biarkan tekanan turun dari batas normal dan suhu dingin dengan cara membuka katup pada sisi yang lain secara perlahan-lahan.
·    Setelah suhu dan tekanan turun yang ditunjukkan pada skala yang terdapat pada tutup autoklaf, kemudian buka kunci dan tutup autoklaf, keluarkan media/alat yang telah disterilkan dan simpan di tempat yang aseptis.

b.      Sterilisasi dengan kering
Alat yang digunakan adalah oven, dengan suhu sterilisasi 170-180OC selama dua jam bergantung pada alat dan jumlah yang akan disterilkan.
Alat yang disterilkan dengan oven adalah alat yang tahan pemanasan tinggi dan alat yang tidak mempunyai akurasi skala tinggi, misalnya tabung reaksi, cawan petri, beakr glas, Erlenmeyer, gelas arloji
Preparasi:
·   Bungkus alat yang disterilkan menggunakan bahan yang mampu mengantarkan panas selama proses sterilisasi, misalnya aluminium foil.
·    Perlatan yang mempunyai lubang mulut maka mulut lubangnya disumbat dengan kapas yang dibasahi dengan alcohol dan tutup mulut lubang tersebut dengan aluminium foil.
·       Masukkan alat yang sudah dibungkus kedalam oven kemudian tutup oven.
·    Nyalakan saklar dan tekan tombol ON untuk menyalakan oven, atur suhu untuk proses tersebut.
·      Setelah suhu mencapai 170OC tunggu selama 2 jam untuk proses sterilisasi.
·  Kemudian matikan oven dan cabut saklar, kemudian buka pintu oven sedikit untuk menurunkan suhu didalam oven, setelah didalam oven dingin keluarkan alat yang disterilkan dan simpan pada tempat yang aseptis.

c.       Pemijaran langsung
         Pemijaran (dengan api langsung), yaitu dengan membakar alat pada api bladder secara lengsung. Proses pemijaran secara langsung pada api bladder ini dilakukan pada alat yang tahan dengan pemanasan langsung yang bersifat kondisional pada waktu akan bekerja dan tidak untuk disimpan lama.
Alat-alat yang dilakukan pemijaran langsung adalah jarum ose, jarum inoculum, pinset, dan cawan spreader.

d.      Sterilisas media.
           Sterilisasi media dilakukan untuk meminimalisasi kontaminasi terhadap media, sehingga media yang akan digunakan sebagai analisis berada pada kondisi yang tidak mengandung cemaran mikroba sehingga tidak mengganggu dalam proses analisis.
Preparasi :
·        Media padat, cair, dan setengah padat yang sudah dibuat di dalam Erlenmeyer,
·        Mulut Erlenmeyer disumbat dengan menggunakan kapas yang sudah dibasahi dengan  alcohol dan diperas sehingga alcohol tidak menetes pada media
·       Tutup mulut Erlenmeyer yang sudah disumbat tersebut dengan kertas perkamen atau aluminium foil kemudian ikat dengan tali dengan tali sehingga tidak lepas,
·       Sterilkan dengan autoklaf pada suhu 121OC selama 15-20 menit.

2.      Sterilisasi setelah analisis sebagai berikut
   Proses sterilisasi setelah analisis merupakan proses yang mematikan mikroorganisme hidup yang dibiakkan atau hidup selama proses analisis, agar mikroorganisme hidup tersebut tidak berkembang dalam saluran buangan atau mencemari lingkungan.
Alat sterilisasi yang digunakan untuk sterilisasi setelah analisis adalah autoklaf. Preparasi dalam sterilisasi setelah analisis sama dengan sterilisasi sabelum analisis dengan alat autoklaf.
(Tri Puji L, 2018).
Selain itu, dalam pengerjaan hal-hal yang berkaitan dengan mikroorganisme, bukan hanya alat yang perlu disterilkan, tetapi juga telapak tangan kita agar tidak melakukan kontaminasi terhadap alat-alat yang kita pegang. Untuk itu digunakan alkohol yang disemprotkan dengan hand sprayer. Alkohol disemprotkan secukupnya, kemudian kita harus memastikan seluruh permukaan telapak tangan telah terbalut alkohol. Hal ini dilakukan agar telapak tangan kita benar-benar steril.
Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, medium dapat pula untuk isolasi, memperbanyak mikroba, pengujian sifat – sifat fisiologi dan perhitungan mikroba.
Nutrient Agar (NA) merupakan media pertumbuhan padat karena menggunakan agar dalam pembuatannya. Agar digunakan sebagai pemadat, karena sifatnya yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang berupa galaktam sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Medium NA berfungsi untuk menumbuhkan mikroba atau  bakteri pada permukaan sehingga mudah diisolasi dan diidentifikasi. Medium ini dapat dibuat dalam 2 jenis, yaitu NA miring dan NA tegak. NA miring digunakan untuk membiakkan mikroba sedangkan NA tegak digunakan untuk menstimulir pertumbuhan bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen
Nutrient Broth (NB) merupakan medium cair karena tidak mengandung agar. Komposisinya sama dengan komposisi untuk membuat nutrient agar, yang berbeda hanya penggunaan agarnya.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.      Sterilisasi berfungsi untuk menghilangkan seluruh mikroorganisme yang ada pada suatu benda, agar benda itu lebih aman untuk digunakan pada percobaan-percobaan mikrobiologi. Suatu bahan atau alat dikatakan steril apabila terbebas dari mikroba.
2.      Alat yang disterilisasi dengan autoklaf, yakni alat-alat yang mempunyai akurasi tinggi misalnya pipet ukur, serta media analisis. Alat yang disterilkan dengan oven merupakan alat yang tidak mempunyai akurasi tinggi dan yang tahan terhadap pemanasan, misalnya cawan petri.
3.      Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, medium dapat pula untuk isolasi, memperbanyak mikroba, pengujian sifat – sifat fisiologi dan perhitungan mikroba.
4.      Media juga perlu disterilisasi agar tidak terkontaminasi oleh mikroba lain.media yang steril dapat dibuat dengan cara memperhatikan kebersihan saat membuat media dan setelah media selesai dibuat, maka media tersebut dimasukkan kedalam autoklaf untuk disterilisasi.
5.   Media juga perlu disterilkan, media tersebut disterilkan dengan menggunakan autoclave karena media tidak tahan terhadap panas.

B.     Saran
Adapun saran yang dapat saya ajuk pada saat praktikum harus mengetahui teknik dan cara kerja dari praktikum yang akan dilaksanakan supaya tidak akan terjadi kekeliruhan dalam menjalankan praktikum.



DAFTAR PUSTAKA
Waluyo, Lud. 2010. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang : UPT Penerbitan  Universitas Muhammadiyah Malang.
Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Malang.
Pelczar, M.J.,dan Chan. E. C. S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.
Erlod, Susan L. Dan Stansfiel. 2007. Genetika Edisi keempat. Jakarta: Erlangga.
Lestari, Tri Puji. 2018. Buku Ajar Praktikum Laboratorium. Graniti: Anggota IKAPI
Raudah, dkk,. 2003. Efektivitas Sterilisasi Metode Panas Kering Pada Alat Mediis Ruang Perawatan Luka Rumah Sakit Dr. h Soemamo Sosroatmodjo Kuda Kapuas. Banjar baru: Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 14.
Ammi,Yanti dan Kusnadi. 2013. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. IPB express.
Burrows, William. 1959. Textbook og Microbiology. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Rutala, William A., and David J,. 2008. Guideline for disinfection and sterilitation in Healthcare Facilitie.
Yusdiani, Devita, dkk,. 2016. Bakteriologi Bidang Keahlian Kesehatan untuk SMK/MAK. Jakarta: ECG.
Suhardi, S.H., Koesnandar,D. K. Indriani, H. Arnaldo 2015. Biosafety: PedomanKeselamatan Kerja di Laboratorium Mikrobiologi dan Rumah Sakit. PT. Multazam Mitra Prima
Achmad, D,. 2007. Media Agar. Ide Besar Istri Peneliti. Jakarta: Erlangga.
Label, J,. 2008. Mikrobiologi : Pembuatan Medium. Jakarta: Erlangga.
Sandra. 2013. Mikrobiologi Umum. Jakarta: Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar