MIKROBIOLOGI
STERILISASI
DAN PEMBUATAN MEDIA
DISUSUN
OLEH:
Defi
Kurniasari (1351810005)
Chika
Rizky Iswana (1351810014)
Vevi
Aprilia Tus (1351810016)
Aprilia
Purnama Sari (1351810021)
Siti
Nur Qomariyah (1351810033)
Afifa
Dwi Marita (1351810043)
Devi
Oktaviana (1351810052)
AKADEMI
FARMASI SURABAYA
TAHUN AJARAN
2019-2020
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peralatan dan bahan yang dipergunakan dalam bidang
mikrobiologi harus dalam keadaan steril. Steril artinya tidak didapatkan mikroba
yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang mengganggu atau merusak media
atau mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan (Waluyo, 2010).
Secara umum sterilisasi merupakan proses pemusnahan
kehidupan khususnya mikroba dalam suatu wadah ataupun peralatan laboratorium.
Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses atau kegiatan untuk
membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan (termasuk
virus). Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan
panas, penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Apabila panas
digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi basah, bila
tanpa kelembapan maka disebut sterilisasi kering (Dwidjoseputro, 1994).
Untuk menelaah bakteri di laboratorium kita harus
dapat menumbuhkan mereka dalam biakan murni. Untuk melakukan hal ini haruslah
dimengerti jenis-jenis nutrient yang diisyaratkan oleh bakteri dan juga macam
lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya (Waluyo,
2010).
Agar suatu organisme tumbuh, dibutuhkan berbagai unsur
kimia sebagai nutrisi. Elemen tersebut diperlukan baik untuk sintetis maupun
fungsi normal komponen seluler. Salah satu hal yang harus dilakukan adalah
memberikan unsur kimia penting yang tepat. Unsur utama yang diperlukan untuk
pertumbuhan sel meliputi, karbon, nitrogen, oksigen, belerang dan fosfor
(Pelczar, 1993).
Bakteri yang ditumbuhkan di laboratorium dalam sebuah
larutan yang terdiri atas air, nutrient dan sumber-sumber energy desebut
sebagai suatu biakan atau kultur bakteri. Bakteri juga bisa ditumbuhkan dalam
suatu kaldu (broth) atau medium kultur cari atau pada medium yang dipadatkan
dengan penambahan agar (Susan Erlod, 2007).
Penyelidikan spesies mikroba selalu didasarkan atas
sifat biakan murni spesies tersebut. Biakan murni (pure culture) dibiakkan pada
media yang mendukung pertumbuhannya dan dilakukan dalam keadaan steril (Waluyo,
2010).
Proses sterilisasi yang dilakukan di laboratorium
mikrobiologi untuk mencapai kondisi yang steril baik pada alat, media, maupun
tempat bekerja. Proses sterilisasi merupakan proses penting dalam analisis
mikrobiologi, di mana pada proses sterilisasi merupakan tahap menghilangkan
mikroorganisme pencemar yang dapat mempengaruhi proses analisis mikrobiologi (Tri
Puji Lestari, 2018).
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
fungsi utama dari sterilisasi ?
2.
Apa
saja peralatan laboratorium yang disterilisasi menggunakan autoklaf dan oven?
3.
Apa
yang dimaksud dengan media ?
4.
Apakah
edia juga perlu di sterilisasi ?
5.
Kenapa
media di sterilkan menggunakan autoklaf ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
prinsip kerja sterilisasi alat dan media di laboratorium mikrobiologi
2.
Mengetahui
cara pembuatan media pertumbuhan mikroorganisme
3.
Mengetahui
prinsip kerja aseptic
4.
Mengetahui
metode-metode isolasi bakteri
D.
Manfaat
1.
Mampu
melakukan preparasi pembuatan media dan tahap-tahap sterilisasi alat dan media
uji
2.
Mampu
mengetahui cara pembuatan media pertumbuhan mikroorganisme
3.
Mampu
melakukan kerja aseptic
4.
Mampu
mengisolasi bakteri
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Sterilisasi
Peralatan dan bahan yang dipergunakan dalam bidang
mikrobiologi harus dalam keadaan steril. Steril artinya tidak didapatkan
mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang mengganggu atau merusak
media atau mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan. Setiap
proses baik fisika, kimia, dan mekanik yang membunuh semua bentuh hidup
terutama mikroorganisme disebut dengan sterilisasi (Waluyo, 2010).
Sterilisasi merupakan suatu proses dengan metode
tertentu yang dapat memberikan hasil akhir, yaitu bentuk keadaan yang tidak
dapat ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme hidup. Metode sterilisasi cukup
banyak, namun alternative yang dipilih sangat bergantung pada keadaan serta
kebutuhan setempat. Apapun pilihan metodenya, hendaknya tetap menjaga kualitas
hasil sterilisasi (Raudah, 2017).
Pemilihan cara sterilisasi didasarkan pada sifat bahan
yang akan disterilkan. Cara sterilisasi yang umum digunakan secara rutin di
laboratorium Mikrobiologi ialah dengan pemanasan. Bila panas lembab, bila tanpa
kelembapan disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering (Ammi,
dkk., 2013).
Sterilisasi dengan panas merupakan metode yang
relative efisien, dapat dipercaya, dan relative tidak mahal. Mikroorganisme
dapat tumbuh pada berbagai temperature, tetapi pertumuhannya dapat dihambat
atau dihentikan bila suhu tumbuhnya diubah. Bila suhu tumbuhnya maksimum
dinaikkan. Maka akan terjadi perubahan molekul organiknya sehingga mikroba
tersebut akan mati (Waluyo, 2010).
Teknik pembakaran langsung merupakan teknik sterilisasi
panas kering yang tercepat dan 100% efektif. Caranya adalah dengan membakar
peralatan sampai pijar. Proses ini di laboratorium untuk mensterilkan alat
penanam bakteri (ose), mulut tabung reaksi sewaktu membuat kultur, dan
lain-lain. Prosedur ini sangat efektif membunuh bentuk spora maupun toksin yang
dihasilkan olah bakteri. Peralatan laboratorium yang dapat disterilkan dengan
cara pembakaran langsung hanya alat-alat yang terbuat dari logam dan kaca.
Teknik ini tidak dapat digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang terbuat
dari karet, plastic, kertas, dan media mikrobiologis (Waluyo, 2010).
Sterilisasi panas kering dapat dilakukan di oven
dengan udara panas. Bahan yang disterilisasi di dalam oven ditempatkan rapi
tanpa berkurumunan dan suhu dinaikkan sampai 170oC -180oC.
Suhu tersebut dipertahankan dalam jangka waktu kurang dari 2 jam (Burrows,
1959).
Sterilisasi panas basah menggunakan autoklaf merupakan
metode sterilisasi paling efisiean, dimana alat-alat yang disterilisasi terseut
terkena uap air dengan suhu di atas 100oC yang dihasilkan saatu uap
berada di bawah tekanan. Uap dihasilkan langsung di peralaan atau dipasok
melalui sambungan ke saluran uap bertekanan tinggi (Burrows, 1959).
Teknik sterilisasi pendidihan dengan air akan dapat
membunuh mikroorganisme dengan cara mengkoagulasikan dan mendenaturasikan
protein sel mikroba. Proses koagulasi dan denaturasi protein memerlukan energy
yang lebih sedikit daripada proses okdsidasi. Oleh karena itu, teknik ini
memerlukan suhu lebih rendah (Waluyo,2010).
Dari semua metode sterilisasi, sterilisasi panas basah
yang berupa uap jenuh di bawah tekanan adalah sterilisasi yang paling banyak
digunakan dan paling bias diandalkan. Sterilisasi dengan panas basah tiak
beracun, tidak mahal, dan cepat membunuh mikroba. Prinsip dasar dari
sterilisasi panas basah, sperrti yang dilakukan di dalam autoklaf, adalah
mengekspos setiap alat dan bahan kontak dengan uap langsung pada suhu dan
tekanan yang ditentukan (Rutala dan David, 2008).
Beberapa zat tertentu mempunyai ciri-ciri yang membuat
tidak praktis untuk disterilkan dengan autoklaf. Bahan-bahan yang tidak
bercampur dengan air, misalnya minyak dan lemak tidak tembus oleh uap air
sehingga mikroorganisme yang terkandung di dalamnya akan tetap bertahan hidup.
Selanjutknya bahan menjadi berubah atau rusak bila terkena suhu yang tinggi.
Oleh karena itu, bahan-bahan tersebut perlu disterilkan dengan cara-cara
sterilisasi yang lain (Waluyo,2010).
B.
Pembuatan
media
Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran
nutrisi (zat makanan) yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba termaksud bakteri
pathogen. Selain untuk menumbuhkan mikroba medium dapat digunakan pula untuk
isolasi, memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah
mikrobia (Khaeruni dan Satrah, 2017). Dalam proses pembuatan medium harus
disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada
media (Yusdiani, dkk., 2016).
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan
yang terdiri dari campuran zat-zat makanan atau nutrisi yang diperlukan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi di
dalam media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen
sel. Dengan media, pertumbuhan dapat dilakukan dengan isolasi mikroorganisme
menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya.
Bahan dasar adalah air (H2O) sebagai pelarut dari agar-agar (rumput laut)
dimana agar-agar tersebut berfungsi sebagai pemadat media (Suhardi,2013).
Media biakan yang mampu mendukung optimalisasi
pertumbuhan miroorganisme harus dapat memenuhi persyaratan nutrisi bagi
mikroorganisme. Unsur tersebut berupa garam organic, sumber energy (karbon),
vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Selain itu dapat pula ditambahkan
komponan lain seperti senyawa organic dan senyawa kompleks lainnya (Suardana
dkk, 2014).
Saat ini media agar (Nutrient agar) merupakan media
yang sangat umum digunakan dalam penelitian mikrobiologi. Media agar ini
memungkinkan untuk dilakukannya isolasi bakteri dari suatu sampel, karakterisasi morfologi, sampai penghitungaan bakteri yang
dikenal dengan nama total plate count. Bentuk koloni bakteri dan warna-warninya
mudah sekali dikenali dengan media ini dengan cara mengubah komposisi nutrien
atau menambahkan indikator. Komposisi media bakteri dapat dimodifikasi sehingga
dapat digolongkan menjadi media umum, media selektif (bakteri tertentu saja
yang dapat tumbuh) dan media diferensial (bakteri tumbuh dengan memberikan
ciri-ciri tertentu) (Achmad, 2007).
Medium harus mengandung nutrien yang
merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air.
Nutrien ini adalah degradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks. Nutrien
dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air,
karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh (Label, 2008)
NA (Nutrien Agar) adalah medium yang digunakan sebagai
media pertumbuhan bakteri. Nutrient
agar adalah medium yang diklasifikasikan sebagai medium sintetik terstruktur
karena tersusun oleh komponen yang pasti jenis dan kuantitasnya. NA di buat
dengan komposisi agar–agar yang sudah dipadatkan sehingga NA juga bisa disebut
sebagai nutrisi padat yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri. Fungsi
agar–agar hanya sebagai pengental namun bukan zat makanan pada bakteri, agar
dapat mudah menjadi padat pada suhu tertentu. Medium Nutrient
Agar adalah salah satu medium padat yang memiliki komposisi yaitu
agar–agar yang telah di panaskan dan mencair dengan suhu 950C
(Sandra, 2013).
Nutrient broth (NB) adalah medium yang
berbentuk cair dengan bahan dasar adalah ekstrak beef dan peptone. Perbedaan
konsentris antara nutrient agar dan nutrient broth yaitu nutrient agar
berbentuk padat dan nutrient broth berbentuk cair. Susunan kimia sama-sama
sintetik.
BAB
III
METODELOGI
A.
Tempat
dan waktu
Praktikum
Mikrobilogi ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 03 Oktober 2019, pada
pukul 08.00 WIB hingga selesai. Praktikum ini bertempat di Laboratorium
Mikrobiologi Akademi Farmasi Surabaya.
B.
Alat
dan bahan
Alat :
1.
Erlenmeyer
2.
Bunsen
3.
Batang pengaduk
4.
Cawan petri
5.
Tabung reaksi
6.
Rak tabung reaksi
7.
Autoklaf
8.
Oven
9.
Pipet ukur
10.
Botol semprot alcohol
Bahan :
1.
Aquades
2.
NA (Nutrient Agar)
3.
NB (Nutrient broth)
4.
Kapas
5.
Alumunium foil
6.
Plastic wrap
7.
Tissue
8.
Kertas label
9.
Kertas perkamen
10.
Alcohol 70%
11.
Spritus
C.
Prosedur
pembuatan
1.
Steriliasai
alat
2. Pembuatan Media NA (Nutrient Agar)
3.
Pembuatan
media NB (Nutrient Broth)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses sterilisasi
merupakan proses yang penting di laboratorium mikrobiologi. Sterilisasi
dilakukan di laboratorium mikrobiologi melalui dua tahap, yakni sebelum analisa
dan sesudah analisa. Sterilisasi sebelum analisa merupakan proses sterilisasi
yang dilakukan untuk menjamin bahwa alat-alat laboratorium dan media isolasi
yang akan digunakan telah steril dan tidak mengandung mikroorganisme. Sedangkan
sterilisasi setelah analisis merupakan proses sterilisasi digunakan untuk
menjamin bahwa mikroorganisme yang tumbuh sudah matidan memastikan mereka tidak
menjadi sumber kontaminasi bagi analis dan lingkungannya.
1.
Sterilisasi
sebelum analisis merupakan sterilisasi yang dilakukan secara fisik sebagai
berikut:
a.
Sterilisasi
dengan uap yang bertekanan. Alat yang digunakan adalah autoklaf, pada alat ini
terdapat katup pengaman untuk mengatur suhu dan tekanan. Suhu sterilisasi
dengan autoklaf adalah 121OC selama 15menit.
Alat yang disterilkan dengan autoklaf adalah alat-alat
yang mempunyai akurasi skala yang tinggi misalnya pipet ukur, gelas ukur, dan
media yang digunakan di laboratorium mikrobiologi.
Preparasi :
· Bungkus
dengan rapid an tertutup rapat alat atau media yang akan disterilkan dengan
menggunakan bahan yang mudah ditembus oleh uap air, misalnya kertas perkamen
atau kertas Koran untuk meminimalisasi kontaminasi setelah proses sterilisasi.
Pembungkusan ini bisa dalam bentuk kantong atau dilipat atau sesuai dengan
ukuran alat.
· Peralatan
yang mempunyai lubang mulut maka mulut lubangnya disumbat dengan kapas yang
dibasahi dengan alcohol dan tutup mulut lubang terebut dengan kertas perkamen
dan ikat perkamen hingga leher alat
· Isi
autoklaf dengan air sampai batas tertentu kemudian masukkan alat/media ke
jarangan (bagian dalam dari autoklaf).
·
Tutup
autoklaf dan kunci secara menyilang, kemudian nyalakan saklar dan autoklaf.
· Tunggu
sampai air dalam autoklaf mendidih yang ditandai dengan katup pengaman terbuka
otomatis sehingga mengeluarkan suara yang melengking dan dari katup pengaman
keluar uap air yang menandakan suhu dan tekanan dalam autoklaf telah naik.
· Suhu
akan naik sampai 121OC dan tunggu selama 15menit yang merupakan
sedang berlangsungkan proses sterilisasi, lalu biarkan tekanan turun dari batas
normal dan suhu dingin dengan cara membuka katup pada sisi yang lain secara
perlahan-lahan.
· Setelah
suhu dan tekanan turun yang ditunjukkan pada skala yang terdapat pada tutup
autoklaf, kemudian buka kunci dan tutup autoklaf, keluarkan media/alat yang
telah disterilkan dan simpan di tempat yang aseptis.
b.
Sterilisasi
dengan kering
Alat yang digunakan adalah oven, dengan suhu
sterilisasi 170-180OC selama dua jam bergantung pada alat dan jumlah yang akan
disterilkan.
Alat yang disterilkan dengan oven adalah alat yang
tahan pemanasan tinggi dan alat yang tidak mempunyai akurasi skala tinggi,
misalnya tabung reaksi, cawan petri, beakr glas, Erlenmeyer, gelas arloji
Preparasi:
· Bungkus
alat yang disterilkan menggunakan bahan yang mampu mengantarkan panas selama
proses sterilisasi, misalnya aluminium foil.
· Perlatan
yang mempunyai lubang mulut maka mulut lubangnya disumbat dengan kapas yang
dibasahi dengan alcohol dan tutup mulut lubang tersebut dengan aluminium foil.
· Masukkan
alat yang sudah dibungkus kedalam oven kemudian tutup oven.
· Nyalakan
saklar dan tekan tombol ON untuk menyalakan oven, atur suhu untuk proses
tersebut.
· Setelah
suhu mencapai 170OC tunggu selama 2 jam untuk proses sterilisasi.
· Kemudian
matikan oven dan cabut saklar, kemudian buka pintu oven sedikit untuk
menurunkan suhu didalam oven, setelah didalam oven dingin keluarkan alat yang
disterilkan dan simpan pada tempat yang aseptis.
c.
Pemijaran
langsung
Pemijaran
(dengan api langsung), yaitu dengan membakar alat pada api bladder secara
lengsung. Proses pemijaran secara langsung pada api bladder ini dilakukan pada
alat yang tahan dengan pemanasan langsung yang bersifat kondisional pada waktu
akan bekerja dan tidak untuk disimpan lama.
Alat-alat yang dilakukan pemijaran langsung adalah
jarum ose, jarum inoculum, pinset, dan cawan spreader.
d.
Sterilisas
media.
Sterilisasi
media dilakukan untuk meminimalisasi kontaminasi terhadap media, sehingga media
yang akan digunakan sebagai analisis berada pada kondisi yang tidak mengandung cemaran
mikroba sehingga tidak mengganggu dalam proses analisis.
Preparasi :
· Media
padat, cair, dan setengah padat yang sudah dibuat di dalam Erlenmeyer,
· Mulut
Erlenmeyer disumbat dengan menggunakan kapas yang sudah dibasahi dengan alcohol
dan diperas sehingga alcohol tidak menetes pada media
· Tutup
mulut Erlenmeyer yang sudah disumbat tersebut dengan kertas perkamen atau
aluminium foil kemudian ikat dengan tali dengan tali sehingga tidak lepas,
· Sterilkan
dengan autoklaf pada suhu 121OC selama 15-20 menit.
2.
Sterilisasi
setelah analisis sebagai berikut
Proses
sterilisasi setelah analisis merupakan proses yang mematikan mikroorganisme
hidup yang dibiakkan atau hidup selama proses analisis, agar mikroorganisme
hidup tersebut tidak berkembang dalam saluran buangan atau mencemari
lingkungan.
Alat sterilisasi yang digunakan untuk sterilisasi setelah
analisis adalah autoklaf. Preparasi dalam sterilisasi setelah analisis sama
dengan sterilisasi sabelum analisis dengan alat autoklaf.
(Tri Puji L, 2018).
Selain itu, dalam pengerjaan hal-hal
yang berkaitan dengan mikroorganisme, bukan hanya alat yang perlu disterilkan,
tetapi juga telapak tangan kita agar tidak melakukan kontaminasi terhadap
alat-alat yang kita pegang. Untuk itu digunakan alkohol yang disemprotkan
dengan hand sprayer. Alkohol disemprotkan secukupnya, kemudian kita harus
memastikan seluruh permukaan telapak tangan telah terbalut alkohol. Hal ini
dilakukan agar telapak tangan kita benar-benar steril.
Medium adalah suatu bahan yang
terdiri atas campuran nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba. Selain
untuk menumbuhkan mikroba, medium dapat pula untuk isolasi, memperbanyak
mikroba, pengujian sifat – sifat fisiologi dan perhitungan mikroba.
Nutrient Agar (NA) merupakan media
pertumbuhan padat karena menggunakan agar dalam pembuatannya. Agar digunakan
sebagai pemadat, karena sifatnya yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat
yang berupa galaktam sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Medium
NA berfungsi untuk menumbuhkan mikroba atau
bakteri pada permukaan sehingga mudah diisolasi dan diidentifikasi.
Medium ini dapat dibuat dalam 2 jenis, yaitu NA miring dan NA tegak. NA miring
digunakan untuk membiakkan mikroba sedangkan NA tegak digunakan untuk
menstimulir pertumbuhan bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen
Nutrient Broth (NB) merupakan medium
cair karena tidak mengandung agar. Komposisinya sama dengan komposisi untuk
membuat nutrient agar, yang berbeda hanya penggunaan agarnya.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Sterilisasi
berfungsi untuk menghilangkan seluruh mikroorganisme yang ada pada suatu benda,
agar benda itu lebih aman untuk digunakan pada percobaan-percobaan
mikrobiologi. Suatu bahan atau alat dikatakan steril apabila terbebas dari
mikroba.
2.
Alat
yang disterilisasi dengan autoklaf, yakni alat-alat yang mempunyai akurasi
tinggi misalnya pipet ukur, serta media analisis. Alat yang disterilkan dengan
oven merupakan alat yang tidak mempunyai akurasi tinggi dan yang tahan terhadap
pemanasan, misalnya cawan petri.
3.
Medium adalah suatu
bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan
mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, medium dapat pula untuk isolasi,
memperbanyak mikroba, pengujian sifat – sifat fisiologi dan perhitungan
mikroba.
4.
Media juga perlu
disterilisasi agar tidak terkontaminasi oleh mikroba lain.media yang steril
dapat dibuat dengan cara memperhatikan kebersihan saat membuat media dan
setelah media selesai dibuat, maka media tersebut dimasukkan kedalam autoklaf
untuk disterilisasi.
5. Media juga perlu disterilkan, media tersebut disterilkan dengan menggunakan autoclave karena media tidak tahan terhadap panas.
B.
Saran
Adapun saran yang dapat
saya ajuk pada saat praktikum harus mengetahui teknik dan cara kerja dari
praktikum yang akan dilaksanakan supaya tidak akan terjadi kekeliruhan dalam
menjalankan praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Waluyo, Lud. 2010. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang :
UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah
Malang.
Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Malang.
Pelczar, M.J.,dan Chan. E. C. S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI
Press.
Erlod, Susan L. Dan Stansfiel. 2007. Genetika Edisi keempat. Jakarta:
Erlangga.
Lestari, Tri Puji. 2018. Buku Ajar Praktikum Laboratorium. Graniti: Anggota IKAPI
Raudah, dkk,. 2003. Efektivitas
Sterilisasi Metode Panas Kering Pada Alat Mediis Ruang Perawatan Luka Rumah
Sakit Dr. h Soemamo Sosroatmodjo Kuda Kapuas. Banjar baru: Jurnal Kesehatan
Lingkungan Vol 14.
Ammi,Yanti dan Kusnadi. 2013. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. IPB express.
Burrows, William. 1959. Textbook og Microbiology. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Rutala, William A., and David J,. 2008. Guideline for disinfection and sterilitation in Healthcare Facilitie.
Yusdiani, Devita, dkk,. 2016. Bakteriologi
Bidang Keahlian Kesehatan untuk SMK/MAK. Jakarta: ECG.
Suhardi, S.H., Koesnandar,D. K. Indriani, H. Arnaldo 2015. Biosafety: PedomanKeselamatan Kerja di Laboratorium
Mikrobiologi dan Rumah Sakit. PT. Multazam Mitra Prima
Achmad, D,. 2007. Media
Agar. Ide Besar Istri Peneliti. Jakarta: Erlangga.
Label,
J,. 2008. Mikrobiologi : Pembuatan Medium. Jakarta: Erlangga.
Sandra. 2013. Mikrobiologi
Umum. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar